END OF DRAMA...
Tiba2 Purnomo bangkit dari tempat duduknya, matanya melotot menatap Tono, adiknya sendiri..
" Kalau begitu....
matilah kau...!!! "
Tiba2 saja Purnomo sudah memegang pisau sangkur (bayonet), dan langsung melemparkannya kearah Tono dengan cepat...
" DOR!! DOR!! TRANG!!
CREPP!! "
Hampir bersamaan, terdengar dua kali letusan...
Ternyata GR dan Stephen Barnabas secara reflek telah menembak dengan tepat sangkur yang meluncur dengan deras kearah Tono, pisau sangkur itu kini menancap di atap..
Beberapa aparat kemudian menerobos masuk dan langsung meringkus Purnomo dan membawanya keluar..
Tono tertunduk lesu...
GR menjelaskan :
" Segera setelah jatuh korban keempat, kami menduga korban berikutnya adalah Tono, karena Purnomo akan 'membersihkan' semua saksi yang terlibat..
malam itu juga kami meminta 5 orang petugas 'menculik' Tono dan mengamankannya di suatu tempat...
Dan Tono akhirnya sadar dan mau bekerja sama dengan kami, meski Tono terlibat, namun kejujurannya bisa menjadi pertimbangan hakim"
" Mengapa Purnomo mau membunuh Tono??
bukankah Tono adiknya sendiri..?? "
tanya Nono..
" Seorang pembunuh yang merasa terancam..
bisa membunuh siapa saja, asalkan dirinya selamat..." jawab Stephen..
Dua orang aparat datang dan langsung memborgol Tono dan membawanya pergi..
Susan Clara Sinaga tertunduk sambil memangku Bella..
Tak lama kemudian, datanglah Agung..
Mereka ngobrol bertiga..
Najir, Engkus dan Nono pamitan pulang..
Sekarang hanya tinggal Dr Dodik, Stephen, GR, Agung, Susan dan Bella.
"Aku akan minta ibu untuk tinggal disini, setelah Surya pergi, rasanya jadi sepi.."
kata Susan sambil meneteskan air mata..
" Kapan2 main ke Jakarta dek Susan, saya kira Bella juga mau..."
Agung mencoba menghibur Susan...
Purnomo ditahan di sel yang terpisah dengan Tono adiknya, namun sebelum sempat disidang, suatu pagi, Purnomo ditemukan telah tewas di selnya dengan tubuh pucat seperti kehabisan darah,
dilehernya nampak ada dua buah luka bekas gigitan, dengan ceceran darah membasahi pundak dan bajunya...
the end.
— matilah kau...!!! "
Tiba2 saja Purnomo sudah memegang pisau sangkur (bayonet), dan langsung melemparkannya kearah Tono dengan cepat...
" DOR!! DOR!! TRANG!!
CREPP!! "
Hampir bersamaan, terdengar dua kali letusan...
Ternyata GR dan Stephen Barnabas secara reflek telah menembak dengan tepat sangkur yang meluncur dengan deras kearah Tono, pisau sangkur itu kini menancap di atap..
Beberapa aparat kemudian menerobos masuk dan langsung meringkus Purnomo dan membawanya keluar..
Tono tertunduk lesu...
GR menjelaskan :
" Segera setelah jatuh korban keempat, kami menduga korban berikutnya adalah Tono, karena Purnomo akan 'membersihkan' semua saksi yang terlibat..
malam itu juga kami meminta 5 orang petugas 'menculik' Tono dan mengamankannya di suatu tempat...
Dan Tono akhirnya sadar dan mau bekerja sama dengan kami, meski Tono terlibat, namun kejujurannya bisa menjadi pertimbangan hakim"
" Mengapa Purnomo mau membunuh Tono??
bukankah Tono adiknya sendiri..?? "
tanya Nono..
" Seorang pembunuh yang merasa terancam..
bisa membunuh siapa saja, asalkan dirinya selamat..." jawab Stephen..
Dua orang aparat datang dan langsung memborgol Tono dan membawanya pergi..
Susan Clara Sinaga tertunduk sambil memangku Bella..
Tak lama kemudian, datanglah Agung..
Mereka ngobrol bertiga..
Najir, Engkus dan Nono pamitan pulang..
Sekarang hanya tinggal Dr Dodik, Stephen, GR, Agung, Susan dan Bella.
"Aku akan minta ibu untuk tinggal disini, setelah Surya pergi, rasanya jadi sepi.."
kata Susan sambil meneteskan air mata..
" Kapan2 main ke Jakarta dek Susan, saya kira Bella juga mau..."
Agung mencoba menghibur Susan...
Purnomo ditahan di sel yang terpisah dengan Tono adiknya, namun sebelum sempat disidang, suatu pagi, Purnomo ditemukan telah tewas di selnya dengan tubuh pucat seperti kehabisan darah,
dilehernya nampak ada dua buah luka bekas gigitan, dengan ceceran darah membasahi pundak dan bajunya...
the end.
No comments:
Post a Comment